Senin, 11 April 2011

IT PERFORMANCE AUDIT

Teman2, materi IT PERFORMANCE AUDIT dapat di download disini

Kamis, 02 September 2010

Aku Menangis 6 kali untuk Adikku

Aku dilahirkan di sebuah desa di pegunungan, orang tuaku seorang petani. Aku punya seorang adik laki-laki yang usianya labih mudah 3 tahun dariku. Suatu waktu, aku ingin membeli saputangan yang banyak digunakan oleh gadis-gadis seusiaku, saputangan bersulangkan bunga-bunga, dan karena begitu menginginkanya aku mengambil uang 5 sen di laci ayahku. Saat ayah mengetahui ada uang yang hilang, maka ia segera membuat aku dan adikku berlutut dekat dinding, dan bertanya siapa yang diantara kami yang mengambil uang tersebut. Aku begitu takut untuk mengaku; kemudian ayahku mengatakan jika tidak ada yang mengaku maka kami berdua akan di pukul, saat ayah mulai mengayunkan tongkat bambunya, adikku berteriak "Ayah aku yang mencuri, bukan kakak, pukul saja aku."





Ayah memukul adikku dengan sangat, karena ia tidak suka mlihat adikku mencuri. Saat malam aku dan ibu memeluk adikku erat-erat, dan saat itu aku tidak kuat lagi menahan tangisku, aku menangis keras-keras, namun tangan kecil adikku menutup mulutku dengan lembut, "kakak sudahlah...." saat itu aku berumur 11 tahun dan adikku 8 tahun. Inilah saat pertama aku manangis untuk adiku.

Saat itu adikku harus melanjutkan ke SMA dan aku hendak melanjutkan ke Universitas di ibukota karena aku telah di terima di Unicersitas tersebut, namun ternyata uang ibu dan ayah tidak cukup untuk menyekolahkan kami berdua, saat adik mengetahui hal itu, ia langsung berkata""Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, relah cukup membaca banyak buku." Ayah menjadi marah dan memukul wajah adik, karena ayah bertekat bahwa anak-anaknya harus bersekolah tinggi walaupun jika untuk itu dia harus meminjam uang dari tetangga. Kemudian adikku mengangguk tanda setuju dengan ayah, dan saat itu aku memutuskan untuk melupakan saja kuliah karena aku ingin adikku bersekolah. Namun keesokan harinya, sebelum fajar menyingsing, adikku ternyata telah meninggalkan rumah, sambil membawa beberapa lembar pakaian dan sedikit makanan dari rumah. Ia meninggalkan secarik kertas di atas bantalku "kakak, jangan kuatir, dan test masuk Universitas itu tidak mudah. Aku pergi mencari kerja untukmu!" aku memegang kertas itu dan tanpa kusadari air mataku mengalir turun, inilah kedua kalianya aku menangis untuk adikku, saat aku berusia 20 tahun dan adikku 17 tahun. Akhirnya, dengan pinjaman ayah dan hasil kerja adikku, aku melanjutkan pendidikanku di Universitas ibukota, suatu hari, saat aku sedang belajar, temanku berkata bahwa ada seseorang dari desa yang mencariku, walau bingung, aku tetap keluar mendapatkan orang desa tersebut, badannya tertutup debu dan semen, setelah aku mendekat, barlah dapat ku lihat dengan jelas bahwa penduduk desa itu adalah adikku sendiri.

"Mengapa tak kau katakan kalau angkau adalah adikku.?" dengan tersenyum, adikku menjawab, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu.? Apa mereka akan menertawakanmu.?" kemudian dengan perlahan ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, sebuah jepit rambut, dan ia mmasangkannya di rambutku." Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menahan adikku kedlaam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu ia berusia 20. Aku 23. Suatu saat, untuk pertama kalinya aku membawa pacarku ke rumah, dan rumah terlihat begitu bersih bahkan kaca jendela yang dulunya pecah, sekarang menjadi indah karena sudah diganti dengan yang baru. Saat pacarku pulang, dengan segera aku berterima kasih pada ibuku. Ibu hanya tersenyum sambil berkata "itu adikmu, ia yang melakukan semuanya, tidakkah kau perhatikan luka di tangannya.? Dia terluka saat mengganti kaca tersebut." dengan segera aku mencari adikku dikamarnya dan melihat lukanya, "sakit.?" tanyaku, "tidak, aku sudah biasa terluka. Dan selain itu kakak membawa teman dari kota, kita tidak boleh membiarkan diri kita menjadi bahan tertawaan kan.?" Hatiku sakit mendengar adikku yang berkorban begitu banyak untukku, setelah mengoleskan obat untuk lukanya, aku membalikkan tubuh dan menangis. Saat adikku berusia 23 tahun dan aku 26 tahun.

Suatu saat akhirnya aku menikah dan suamiku mengajak adikku tinggal di kota. Aku berusaha mengajak orang tuaku pindah bersamaku namun mereka tidak pernah mau, hingga suatu saat aku harus pulang ke desa karena adikku adikku terkena sengatan listrik hingga harus ke rumah sakit. Aku marah padanya, mengapa dia tidak mau menerima jabatan yang di berikan oleh suamiku, yang adalah seorang direktur. Suamiku berhak mengangkat dia. Jika ia menerimanya, dia tidak perlu tersengat listrik. Namun adikku, sambil tersenyum ia berkata, "kak, suamimu baru saja diangkat sebagai direktur, apa kata orang jika ia langsung mengangkat aku, seorang tanpa pendidikan menjadi manajernya? bukankah itu itu akan mempermalukannya.?" suamiku menitikkan air mata setelah mendengar hal itu, dan aku langsung berkata "kamu menjadi tidak berpendidikan kan karena aku.!!!" Dengan lembut, adikku memegang tanganku, "buat apa kita membahas masa lalu.?" Akupun tidak kuat menahan air mataku. Saat itu adikku berusia 26 tahun dan aku 29 tahun.

Saat berusia 30 tahun, adikku menikah dengan seorang gadis dari desa kami, dan saat pernikahan pembawa acara tersebut bertanya padanya, "siapakah yang paling kamu hormati dan kasihi.?" Dengan segera ia menjawab "kakakku" kemudian ia bercerita sebuah kejadian yang bahkan aku tidak ingat pernah melakukannya, "hal ini terjadi saat saya masih SD, kami selalu menempuh dua jam perjalanan untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan salah satu saputangan saya, dan kakak memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya gemetaran sampai-sampai tanganny tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya." Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua memalingkan perhatiannya kepadaku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berharga ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Sang kakak memberikan sebuah kebaikan satu kali dan itu menjadi ronggak bagi sang adik untuk menyerahkan hidupnya bagi sang kakak. TUHAN sudah menyerahkan seluruh hidupnya kepada kita, sekali dalam hidupnya, dan itu lebih dari cukup, Ia dipermalukan begitu rupa, kemudian bagaiman sikap kita.? Sudahkan kita memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki.? Sudahkan kita menjadi hamba yang baik bagiNya.? Atau apakah kita menganggap sepele pengorbanan yang Ia lakukan.?

Minggu, 15 Maret 2009

About Me...


wokehhh...

its's time to narsis...
hehehe..gak koq..

welcome yo..in my blog..

Hi guys...
Perkenalkan nama saya Chaleb Panyuwa tapi biasa dipanggil KAKA...bukan Richardo Kaka pemain bola loh..hehe..
Saya seorang cowo periang, ceria, suka tertawa,..ya...bisa dibilang...kocaklah..hehe
yang mepunyai impian menyenangkan orang tua, pergi kejepang, nikah sama orang jepang ( oalahhh terlalu HTT..hicks2x^_^..), tp yang jelas jodoh ada di tangan Tuhan..

Saya lahir di papua, tepatnya di Jayapura and besar juga di papua..tp semenjak kelas 3 SD,ortu pindah tugas di Manokwari, jd semua pindah di sana deh... Anak pertama dari 3 bersaudara...saya juga punya seorang kakak perempuan yang selalu memberikan saya semangat, walaupn dia buka kakak kandung saya, tp saya udah menganggap dia sebagai kakak kandung saya..
Kehidupan di manokwari tidak kalah juga dengan di Manokwari..mungkin karna udah sehati dengan orang papua kali y...

Setelah lulus dari SMA, saya berencana masuk perguruan tinggi di HangTuah Surabaya, ambil Fakultas Kedoteran disana, tp setelah saya berpikir dua kali, sepertinya saya tidak sanggup masuk Kedokteran,, tp memang rencana Tuhan lain buat saya, tidak tw kenapa and saya juga gak nyangka bisa masuk di Universitas yang di mana tidak ada sama sekali di benak saya..yaitu Universitas Kristen Satya Wacana..
Tp semuanya itu saya mengucap syukur pada Tuhan, karna saya tw, jika itu pilihan Tuhan pasti akan berhasil...
Di UKSW,, saya ambil jurusan FTI, gak disangka ternyata banyak anak-anak papua disini juga..
Saya kenalan sedikit demi sedikit teman-teman seperjuangan dari papua and sampai sekarang saya sudah menggap mereka sama seperti saudara kandung saya..
Oooaallahhh,,sepertinya aQ curhat yach...hahaha..jadi malu..hihi

Ya udah..kalau mau tw lebih dalam lagi,, ya tanya sama orangnyalah..hehehe

Ok..this is about me..

Tetap semangat, tetap tersenyum bila ada orang yang melihat kamu...asal jangan senyum 'ndiri..ntar dikira orang strezzz lagi..ok..

Andalkan Tuhan Dalam Setiap Aktifitasmu..
Gbu..